“Apa saja penyebab bisnis ritel tutup di Indonesia akhir-akhir ini?” Industri ritel di Indonesia, yang dulunya dianggap sebagai lahan basah yang subur, dalam beberapa tahun terakhir menyaksikan fenomena yang mengkhawatirkan: penutupan sejumlah gerai, baik skala besar maupun kecil. Bisnis yang tutup memang sudah jadi hal yang biasa terjadi tapi kalau terjadi terus-menerus?
Fenomena ini bukan hanya menimbulkan kekhawatiran bagi para pelaku bisnis, tetapi juga memberikan dampak pada perekonomian dan lapangan pekerjaan. Apalagi di tahun 2025 ini banyak perusahaan yang melakukan PHK massal, yang mana menyebabkan bertambahnya pengangguran. Apakah kondisi ini jadi hal yang mengkhawatirkan?
Sudah bukan rahasia lagi kalau bisnis ritel sangat banyak di Indonesia, entah yang dalam bentuk kebutuhan sehari-hari, bisnis apotek, dan lain sebagainya. Contohnya saja toko Matahari yang baru saja tutup 13 gerai dan ada 20 yang sedang diawasi.
Lalu ada supermarket Giant yang dulu menjadi primadona kini sudah tutup sepenuhnya. Oleh karena itu, fenomena tutupnya bisnis ritel yang besar-besaran di tahun 2025 ini bisa jadi hal mengkhawatirkan. Jika demikian, kira-kira apa sih penyebab tutupnya bisnis ritel secara bersamaan ini? berikut ulasannya:
Inilah salah satu faktor utama yang tak terbendung. Pergeseran pola belanja masyarakat dari offline ke online semakin masif, terutama pasca pandemi COVID-19. Kemudahan berbelanja dari mana saja, kapan saja, dengan pilihan produk yang lebih beragam dan seringkali harga yang lebih kompetitif, membuat konsumen semakin nyaman bertransaksi secara digital.
Selain itu, tren bisnis konvensional seperti department store sudah mulai ditinggalkan dan konsumen banyak yang memilih toko yang menjual produk secara spesifik. Oleh karena itu, bisnis ritel tradisional yang gagal beradaptasi dengan tren ini akan semakin ditinggalkan.
Penyebab bisnis ritel tutup yang selanjutnya juga bisa karena tumbuhnya pelaku-pelaku bisnis baru. Lautan bisnis ritel di Indonesia semakin ramai dengan munculnya pemain baru, baik lokal maupun internasional. Selain itu, persaingan harga yang sengit, terutama dengan platform e-commerce yang sering menawarkan diskon besar-besaran, semakin menekan margin keuntungan peritel tradisional.
Melihat ekonomi yang sedang lesu di tahun 2025 ini, membuat operasional bisnis ritel juga semakin naik dan bisa menjadi penyebab bisnis ritel tutup. Kenaikan biaya sewa tempat, listrik, air, gaji karyawan, dan biaya operasional lainnya menjadi beban berat bagi banyak peritel.
Terutama bagi gerai-gerai besar di lokasi strategis, biaya sewa yang tinggi dapat menjadi faktor penentu keberlangsungan bisnis.
Di kota-kota besar, kemacetan lalu lintas dan kurangnya fasilitas parkir yang memadai dapat menjadi penghalang bagi konsumen untuk berbelanja di gerai fisik. Selain itu, masalah logistik dan infrastruktur yang belum merata di seluruh Indonesia juga menjadi tantangan bagi peritel yang ingin memperluas jangkauan pasar.
Penyebab bisnis ritel tutup di Indonesia menjadi isu kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait. Perubahan perilaku konsumen yang didorong oleh teknologi, persaingan yang ketat, biaya operasional yang tinggi, dan kurangnya adaptasi menjadi tantangan utama.
Jika Anda mencari bisnis ritel yang selalu berkembang dan tidak melakukan tutup secara besar-besaran, maka franchise Apotek K-24 solusinya. Sudah lebih dari 20 tahun sendiri, Apotek K-24 melayani masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Bisnis ritel yang sekaligus bisnis farmasi ini sedang banyak dibutuhkan oleh masyarakat karena berhubungan erat dengan kesehatan. Oleh karena itu, banyak orang yang pasti membutuhkannya sehingga tidak akan mati di pasar, apalagi jika apotek dilengkapi dengan layanan online seperti Apotek K-24 ini.
Jadi, ingin membangun bisnis ritel yang tetap bisa bertahan selama bertahun-tahun? Hubungi saja hotline franchise Apotek K-24 di 081212012424 atau akun instagram @franchisek24. Anda juga bisa langsung mengisi formulir pendaftarannya DI SINI.
News
Award
Penghargaan
News
Penghargaan
Penghargaan
Award
News